My Gun for Macro Photography

Kali ini akan sedikit buka dapurku untuk menghasilkan foto makro. Pengen tau bagaimana senjata apa yang aku gunakan dalam menghasilkan foto makro? sebenernya sederhana saja, dan ini dia senjata buat nembak foto model yang lucu-lucu dan pemalu, plus susah diatur itu, biar mereka bisa berdiam diri dalam frame-frame yang indah.
Seperti yang ada dalam galeriku ini.

penggunaan extended internal flash gunanya untuk mendapatkan detail dari obyek, dan inspirasinya datang dari senjatanya akang Adrianus FN, yang sama-sama menggunakan extended internal flash. hanya saja suhu Andrianus menggunakan kardus bekas tempat sikat gigi (kalo tidak salah denger), sedangkan punyaku menggunakan kertas karton yang dibikin sendiri.

Update : Dapat konfirmasi dari mas yoddi kalo pak Adrianus sebenarnya juga sama pake kertas karton, cuman istilahnya saja kotak odol.

Comments

Anonymous said…
salam kenal mas teddy,

senang saya tahu senjata dan asesories mas teddy untuk shot hewan-hewan kecil.saya sendiri bukan seorang fotografer dan hanya amatiran yang seneng main-main dengan hewan2 kecil karena tuntutan profesi

saya punya senjata yang hampir sama cuma kalau saya serie pendahulu dan tanpa lens conversion. Kebtulan saya pakai PS A530, kakaknya 570 kayaknya..jadi saya nggak bisa main-main dengan lense reveres dll.

Saya jadi ingin ganti dengan 570 dengan melihat hasil foto-foto mas teddy. Tapi saya pikir, saya punya PSS3IS yang belum banyak saya eksplore..

foto yang saya hasilkan pun belum cukup memuaskan karena saya sadar betul dengan konsep 'man behind the gun' apapun senjatanya kalau orangnya memang punya sense ke fotografi akan menghasilkan gambar yang awesome.

saya sadari saya bukan tipe orang itu jadi, kenginan untuk beli EOS dll masih saya tahan-tahan. Saya mau manfaatin S3IS saya dnegan optimal.

kebetulan saya sdh kasih assesori S3IS dengan macro raynox DCR250, tapi saya tertarik dengan lens reverse yang jamak dilakukan. Namun karena masih awam fotografi jadi masih belum dong ...

saya punya beberapa foto yang hasil 530, sentara s3ISnya belum banyak yang membuat saya puas mungkin bisa dilihat di: http://www.flickr.com/photos/23492417@N04/

Saya ingin saran dari mas teddy, bagaimana saya mengoptimalkan 530 dengan keterbatasan non lense conversion dan juga S3IS dengan macro raynoxnya ...

mungkin itu saja, terima kasih..

nanti saya ingin lebih jauh ngangsu kawruh untuk fotografi via Japri.. semoga mas teddy tidak keberatan,

salam

cahyo rahmadi,
"experiencing scientific multiorgasm"
Teddy Widhi said…
monggo dan saya persilahkan kontak melalui email saya, saya sendiri juga masih belajar fotografi. S3IS bagus tuh bwt makro, dipasangin reversed akan semakin yahud kayanya. A530 bisa diakalin dengan reversed, dipasangin paralon klo mo dikanibal, kaya beberapa anggota Fotografer.net.

Btw, foto-foto di flickernya bagus-bagus mas.
Teddy Widhi said…
Mas Cahyo, soal raynox saya belum pernah pake, tapi dari data yang saya peroleh dari websitenya, raynox DCR 250 sepertinya bagus, dan magnifiernya atau pembesaran terhadap obyek juga bagus, klo tidak salah pebesaran sampai maximum 15x pada kamera tertentu, dan rata-rata antara 5-10x.
Menggunakan Reversed Lens pembesaran akan lebih radikal lagi, bisa nyampai lebih dari 20+. dan seperti yang pernah saya tulis di blog, menggunakan reversed juga mempunyai tingkat kesulitan yang lumayan tinggi. getaran tangan jadi semakin terasa, dan jarak antara lensa dengan obyek kurang lebih 3cm.
Anonymous said…
Halo mas Teddy... numpang lewat.. :D

Eh, ternyata aksesorisnya sama nih.. hehehe..

'Kotak odol' [sebutan mas Adhi kalo gak salah] memang terasa sangat dibutuhkan buat moto makro dgn pocket+reversed, bahkan saya pake DSLR pun masih pakai tuh. Penting karena bisa menyalurkan cahaya flash ke objectnya langsung tanpa terhalang..

Btw, soal pembesaran, pembesaran reversed lens yg +20 itu sebenarnya adalah kekuatan dioptri lensanya, dihitung dari 1000/FL (focal length). Jadi reversed 50mm mempunyai kekuatan dioptri 1000/50=20. Kekuatan dioptri ini yg dipakai untuk close-up lens, ada yg +1, +2, +4 dsb, sedangkan Raynox DCR-250 kekuatan dioptrinya +8.

Kalo pembesaran makro dihitung dari besar image yg ditangkap berbanding dgn besar sensor. Misalnya object bunga yg besarnya 21.6mm (diagonal) difoto sehingga memenuhi frame film 35mm dgn diagonal 43.3mm maka dapat dihitung pembesarannya 43.3:21.6=2:1 atau 2X. Ada pengertian bahwa fotografi macro itu mempunyai pembesaran 1:1 sampai 50:1 (1X-50X) sementara close-up 1:1 sampai 1:10 (1X-1/10X), tapi banyak orang menyebut close-up fotografi juga adalah macro fotografi :)

Untuk mengetahui berapa pembesaran hasil kamera kita gampangnya kita bisa motret penggaris (vertikal/horizontal). Misal saya menggunakan A75 dgn reversed di zoom maksimal (3x) mendapatkan foto penggaris (horizontal) kira2 14mm, kemudian ukuran sensor A75 adalah 1/2.7" atau 5.371x4.035mm sehingga pembesaran maksimum A75 adalah 5.371:14=1:2.61 atau 0.38X. Kecil yah? :D
Kenapa pembesaran yg kecil terlihat begitu besar hasilnya? Ya, karena ukuran sensor yg kecil itulah maka terlihat besar karena terjadi cropping... jadi salah satu kelebihan makro dgn pocket :D

Mudah2an gak bingung ya... ;)


Salam makromania!
Adrian
Teddy Widhi said…
Terimakasih pak Adrian atas pencerahan dan segala commentnya.... Mas Cahyo, semoga lebih jelas dan mengerti atas penjelasan dari suhu Adrian. Beliau yang menjadi panutan saya.

Sekali lagi terimakasih Pak Adrianus.
Anonymous said…
makasih ya mas buat tipsnya. terutama buat kotak odolnya. saya dah coba motret makro tapi flashnya masih mengecewakan. salam kenal.
Anonymous said…
Wah baru tau nih bisa gini... ada tutornya ga mas?
Manstab nih foto-foto makronya..

Salam kenal.
Teddy Widhi said…
Terimakasih Sybond, Soal tutorial sebenarnya saya juga kurang tau pasti ya, yang jelas saya banyak baca-baca diinternet dan forum fotografer.net. juga sharing dengan para macro-ers dari FN.

Didalam blog saya, dapat di cari beberapa artikel mengenai makro fotografi, semoga dapat berkenan dan bermanfaat.
Anonymous said…
mas, saya kan coba pake d40+18-55mm+reversed cosina 28mm, tapi ko yg keliatan di viewfindernya kecil bgt ya?kaya cuma bulet kecil sisanya vignette super banyak..
gimana ya ngakalinnya?
kalo pake kotak odol ato pralon masangnya gimana ya??
mohon pencerahannya para guru makro..
Teddy Widhi said…
Mas Fatthy, saya sendiri belum pernah mencoba menggunakan lensa cosina 28mm, tapi saya anggap anda menggunakan lensa 28mm, tentu saja hasilnya akan terlihat kecil, diharapkan mencoba menggunakan lensa 50mm. Vignet memang lumrah terjadi pada penggunaan lensa reversed. untuk lepas dari frame yg tampak vignet, FL (Focal Length) harus diatas 50mm. kalo dibawah 50mm pasti akan vigneting.
Sekedar sharing aja, bila menggunakan paralon, mau gak mau ya pemasangannya sedikit radikal mas, yaitu di lem di body kameranya :D. soal kotak odol, saya cuman pake karet gelang aja kok :D.

Makasih....
Anonymous said…
kasih tutorial buat extended internal flash dong ..?btw lensa tambahannya harganya berapa ya?kira2 cocok ga ma canon ps 590is?mohon nasehatnya ya tertarik bgt ma poto makro
Teddy Widhi said…
@joko: Extended internal flash hanya terbuat dari kertas yang tebal, bisa kertas karton atau sejenisnya, anda tinggal mendesign ukurannya sesuai dengan kamera anda, jadi pada dasarnya seperti membuat selongsong flash yang menyalurkan sinar flash kedepan lensa.

Harga lensa tambahannya tergantung type dan brandnya mas, saya memakai lensa minolta tahun jebot bin kuda gigit besi, yang sudah jamuran lagi, dengan harga 150rb, nemu di pasar loak.

Cocok aja untuk semua kamera kok mas, yang penting lensa 50mm, baik lensa 50mm yang model terbaru ataupun yang model tahun kuda.
Unknown said…
inspiratif mas tulisan nya..pengen coba pake lensa reversed..keren semua hasil..kalo saya mau coba pake Luv gmna pendapat mas?apa bisa mendapatkan hasil jepretan mas? Mohon pencaerahan nya?

Popular posts from this blog

Jenis Cat Tembok dan Ragam Jenis Brand

Apa itu Aperture atau Diafragma? (Part 1)

Karakteristik Cahaya menggunakan Flash Snoot