Sync Speed, Flash Duration & Coverage Flash Angle (bagian 2)

OK ketemu lagi dalam artikel pemahaman mengenai flash, kali ini saya akan mengulas sedikit mengenai Sync Speed, Flash duration & Coverage Flash Angle. Tulisan ini merupakan bagian ke - 2, Untuk membaca bagian satu mengenai Konsep Flash GN dapat dibaca disini

Konsep Dasar Tentang Flash GN - Guide Number (bagian 1)
atau dapat dibaca disini dan atau disini.


Sync Speed & Flash Duration
Saya kira masih banyak yang masih bingung dan mungkin malah terbalik dalam memahami antara maximum sync speed shutter dengan Flash Duration.

- Max Sync Speed adalah kecepatan shutter maksimum dimana flash akan synchron, artinya: flash menyala pada saat shutter sudah terbuka penuh dan belum menutup kembali. Umumnya max sync speed tiap kamera berbeda (lihat buku manual kamera anda) antara 1/200 sec sampai 1/250 sec, bahkan ada yang memiliki sampai 1/500 sec (Nikon D70/s dan D40). Jika max sync speed ini dilampaui dalam artian kecepatan speed melampauinya, biasanya akan terjadi foto yang sebagian gelap. Makin tinggi nilai shutter speed (di atas max sync speed), maka makin besar bagian hitam tampak pada foto. Fenomena ini tidak berlaku bagi kamera dengan combined Electronic Shutter seperti Nikon D70/s dan D40. Pada kamera ini, jika kita menggunakan flash manual atau non-TTL auto, maka shutter speed bisa dicapai sampai maksimum, 1/8000 sec pada D70/s dan 1/4000 sec pada D40.

- Flash Duration adalah lamanya flash menyala. Umumnya flash duration sangat singkat. Makin lama flash duration, maka makin besar energi yang dikeluarkan yang artinya makin terang subject disinari oleh flash, tapi dilain pihak, flash juga akan menguras energinya yang disimpan dalam rangkaian elektorniknya, biasanya didalam ELCO atau kapasitor, selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pengisian ulang ELCO sampai penuh yang mana akan memakan waktu lebih lama sampai full. Inilah yang disebutkan sebagai Recycling Time. Biasanya kalau sebuah flash sudah ditembakkan dengan tenaga penuh (full power), flash dengan durasi maksimum, maka diperlukan waktu yang agak lama untuk "mengisi" flash agar siap pakai lagi, misalnya 4-6 detik, tergantung juga kondisi batere pada saat itu, juga tergantung jenis batere yang digunakan. Bayangkan saja, misal saat batere sudah mulai kehilangan tenaganya, maka waktu untuk recycling bisa memakan waktu lebih dari 15 detik bahkan sampai 30, kalau ada cewek cantik dikit aja lewat dalam moment yang ada, ya otomatis bakalan ketinggalan, maka silahkan ngaplo sendiri sambil nungguin lampu indikator recycling flash menyala ;))

Sebagai gambaran:
- 1/250 sec = 4 ms (mili sec) = 4,000 us (micro sec) - (max sync speed Nikon D200, D300, D2X/s, D3)
- 1/500 sec = 2 ms = 2,000 us (max sync speed Nikon D70/s dan Nikon D40)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 1/1050 sec = 952 us (flash duration SB800 terpanjang/terlama - max power - M 1/1)

Kalau kita perhatikan durasi flash Nikon SB800 yang paling lama (1/1050 sec) masih lebih cepat atau singkat dari max sync speed tercepat (1/500 sec), artinya proses automatisasi baik non-TTL Auto ataupun TTL pada flash masih punya ruang/waktu selama shutter terbuka.

Saya lampirkan flash duration Nikon SB 800 & SB 900 pada kombinasi beberapa setting power, untuk flash lainnya, buka buku manualnya ya.

SB-800
SB-900

Coverage Flash Angle
Pada artikel bagian 1 kita telah membahas mengenai GN max, tapi itu belum memperhitungkan coverage flash angle. Ada flash yang cakupan sudut penyebaran cahayanya tetap alias Fixed, misalnya sama dengan view angle lensa 35mm (standard - FF). Ada juga flash yang mempunyai kemampuan"Zoom Head", sehingga coverage angle bisa berubah sesuai posisi Zoom Head, apabila kita merubah zoom head semakin "tele" (SB 800 max tele 105mm), biasanya GN max nya pun naik, sehingga bisa lebih memberikan fleksibilitas exposure.

Sebagai Contoh:

Nikon SB800:
- pada setting zoom head = 35 mm -----> GN max-nya adalah 38 (ISO 100 - meter)
- pada setting zoom head = 105 mm ---> GN max-nya adalah 56 (ISO 100 - meter)

Jika dikonversikan ke jarak maksimal, kira-kira kurang lebih seperti dibawah ini, misal kita set aperture = f/8:
- pada 35 mm : d (max) = 38/8 = 4.8 meter (pada ISO 100)
- pada 105 mm : d (max) = 56/8 = 7.0 meter (pada ISO 100)

Apakah kita harus setiap saat menghitung exposure dengan rumus di atas?

TIDAK, flash moderen saat ini mempunyai rangkaian otomatis yang bisa merubah-rubah GN nya tergantung kebutuhan, tentu maksimalnya tetap = GN max.

Rangkaian otomatis ini ada beberapa macam, diantaranya:

- Mode A, non-TTL Auto, flash mempunyai sensor di body flash sendiri untuk "merasakan" apakah cahaya sudah cukup pada subject, jika sudah, maka flash akan segera mengatur "output" dengan cara memperpendek durasi flash, sehingga energi yang dipancarkan juga sesuai kebutuhan.

- Mode TTL - Through The Lens, pada prinsipnya sama dengan mode A di atas, kecuali bahwa sensornya ada di dalam kamera, sehingga jika hasil pengukuran sudah memadai, maka kamera akan menginstruksikan flash untuk mengurangi durasinya, yang artinya mengurangi energi cahayanya. Mode ini lebih akurat dibandingkan non-TTL Auto, karena sensor flash akan langsung memnperhitungkan semua koreksi yang terjadi melalui lensa, misal ada filter dengan stop factor.

- Mode GN - Distance Priority Manual (Ini sebetulnya masuk mode Manual, tapi kita punya keleluasaan mengatur GN dengan mengatur jarak): Pada mode ini GN flash diatur secara manual oleh user, dengan cara menentukan jarak subject, tidak peduli berapa jarak subject sesungguhnya. Misal, jarak subject ada pada 5 meter dari flash, lalu pada flash kita set ke mode GN dengan distantce = 4 meter, lalu kita set aperture = f/8 (misalnya), jadi sebetulnya kita set flash kita ke "fixed" GN sebesar = 4 X 8 = 32, walaupun, misalnya GN max flash tersebut adalah 38. Apa yang terjadi? subject yang berada di posisi 4 meter dari flash akan ter-expose dengan benar, dan subject yang ada lebih jauh dari 4 meter, maka akan terjadi under exposed, sebaliknya, subject yang berada lebih dekat dari 4 meter, maka akan over exposed.

Ok sementara sampai disini tulisan yang saya sadur dari berbagai sumber, baik dari buku manual flash SB 800, situs internet, dan tulisan bapak Mula. W Saputra.

Comments

Anonymous said…
mas mo numpang nanya, gimana caranya mengoptimalisasi camera pocket cannon A580,... bisa buat tulisannya ga?... thanks...
Teddy Widhi said…
Bisa lebih spesifik mas pertanyaannya, maksudnya mengoptimalkan pocket canon tsb berhubungan dengan apa? saya pernah menulis beberapa artikel mengenai penggunaan canon A570IS khususnya untuk pemotretan makro, pada awal-awal bulan 2008, coba anda cari artikel tsb di blog saya mulai january 2008.

Terimakasih atas atensinya
Anonymous said…
soal sync speed ....kalo sync speed itu berarti kan berhubungan dengan flash.....
Nah kalo kita ganti flash nya dengan flash yang di luar (yang di tempel di atas kamera dsrl) apakah sync speed nya bisa di naikan (misal di canon 1000d)...sampai 1/1000.Teima kasih
Teddy Widhi said…
Sync speed memang berhubungan dengan flash dan kamera itu sendiri, seperti yang sudah saya jelaskan bahwa sync speed adalah dimana shutter terbuka secara menyeluruh saat kilatan cahaya flash menyala. Rata-rata sync speed tiap kamera berkisar antara 1/125 s/d 1/250. untuk kamera canon anda saya kira juga kurang lebih di kisaran itu, untuk lebih lanjut dapat dibaca pada manual yang disertakan pada kamera anda.

Mengenai high sync speed, biasanya pada kamera nikon disebut High FP, dengan fasilitas ini maka speed bisa diatas batas sync speed tadi, dan tentunya telah disupport oleh Flash external yang direkomendasikan oleh kamera tsb.
sinkex elex said…
kalo di dunia strobist, ukuran flash sync kira2 sama dengan yg on shoe apa nggak ya pak?
di beberapa forum, ada yg dapet 1/800 pake radio trigger yg exposurenya masih ketangkep itu aja dah heboh.
lha saya sendiri pake D40 + PT04NE + YONGNUO460 (china) pada kondisi tertentu bisa 1/4000.
Kondisi tertentu maksudnya :
jarak transmitter-receiver lebih dekat. kalo lebih jauh dapetnya dibawah 1/4000.

Apa yg saya dapet 1/4000 ini nggak bisa di sebut ukuran flash sync? ato emang batasan flash sync dalam strobflash beda dengan yg onshoe?
Teddy Widhi said…
Terimakasih sudah mampir di blog ini,
1. Flash Synch baik itu onshoe atau off shoe, saya mengatakan sama. perlu diketahui lagi bahwa flash atau lampu studio (saya sebut strobe) dikatakan synchron bila "flash menyala pada saat shutter sudah terbuka penuh dan belum menutup kembali". ingat, ini hubungannya dengan jendela rana atau shutter. pada kamera DSLR, hampir semua kamera tsb menggunakan mekanikal shutter, dan paling kenceng yg menggunakan 2 kombinasi mekanikal shutter dan electronic shutter seperti pada D70/s dan D40 (nikon).
2. pada beberapa radio triger seperti Pocket wizard, Radio Popper, ditambahkan fitur high FP. dan setingan ini berada pada kamera juga pada flash. pada saat fitur itu ada dan diaktifkan, maka yang terjadi bukan flash synch yang berubah, tapi flash akan menyala beberapa kali saat shutter melebihi kecepatan flash synch. di dalam buku manual yang disertakan kamera atau Flash juga telah dijelaskan mengenai high FP ini. dan biasanya saat high FP, flash tidak dalam keadaan full power, karena pengaruh flash duration juga.
sinkex elex said…
Pada penjelasan pak teddy nomor 1, saya simpulkan bapak menegaskan mengenai anggapan flash sync yg benar. oke, saya punya fotonya dengan exif original menyebutkan speed 1/4000 yang didalamnya tergambar 2 flash saya menyala offshoe pada speed terebut.

Untuk penjelasan pak teddy nomor 2 mengenai fitur FP "...pada saat fitur itu ada dan diaktifkan, maka yang terjadi bukan flash synch yang berubah, tapi flash akan menyala beberapa kali saat shutter melebihi kecepatan flash synch..."
saya bilang : bukankah fitur itu hanya ada di radio trigger mahal semacam PocketWizard? Karna radio trigger mahal seperti ini memiliki kemampuan komunikasi data 2 arah yang isinya bukan cuman triggernya itu sendiri melainkan juga data2 settingan exposure?

Bagaimana dengan radio trigger murahan seharga 200ribu buatan china yg hotshoenya cuman ada 1 pin? apalagi flashnya juga merk china seharga 400ribu yg cuman 1 pin juga. Apakah mereka juga bisa saling meyampaikan informasi bahwa "...hei, si kamera pake speed diatas flash sync, ayo kita nyala beberapa kali agar terekam oleh sensornya...", begitu?
Teddy Widhi said…
bagaimanapun juga, belum ada kamera yang memiliki synch speed diatas 1/1000 sekalipun, bahkan kamera seharga 1/2 Milyar pun belum mampu. anda dapat membaca sendiri buku manual kamera dan flash anda. untuk mengetahui flash sych tersebut.
Meski pakai triger 100rb-an pun bila saat transisi rana di cahayai dengan flash berkali-kali maka itulah disebut high FP. karena meski 1 pin saja trigernya, bukankah dari 1 pin itu saja yang dibutuhkan kamera untuk menyalakan triger berkali-kali selama transisi rana? sekali jepret, maka kamera mentriger transiver 4 kali misalkan, maka flash bukannya akan tertriger juga 4 kali.
kalo anda seting manual flash, maka gak perlu PW atau radio popper untuk menyampaikan data2nya. kecuali anda membutuhkan TTL offshoe. kalo pake triger china, gimanapun tetap manual bukan untuk seting power flashnya? kecuali paling enak ya pake CLS. hanya saja kekurangannya adalah faktor jarak kemera ke flash yang perlu diperhatikan, bila tidak, gak bakal nyamber itu sinyal infrarednya.
Teddy Widhi said…
untuk membuktikan bahwa tidak mungkin anda mendapatkan speed 1/4000 menggunakan triger china tersebut untuk menyalakan flash.
sebagai bukti, silahkan coba berikut ini.
1. seting kamera anda pada speed 1/1000 saja. ingat motret jangan outdor dibawah terik matahari. lakukan di indor rumah anda
2. pasang radio triger anda di kamera dan flash.
3. pakai mode manual saja di kamera (M)
4. pakai F4 saja untuk mencoba
5. pake ISO 200 saja.
2. seting power manual flash anda misal 1/4 power.
3. jepret salah satu subject di dalam rumah anda.

ulangi langkah diatas, hanya saja speed taruh diposisi 1/160. lalu jepret.

bila pada percobaan pertama gambar yang didapat under exposure ketimbah yang kedua. sudah dipastikan flash tidak dapat terexpose karena burstspeed flash gak mampu mencapai kecepatan rana.

bisa dicoba juga, pakai speed 1/250. dan lagi bandingkan.

Ingat jangan motret di bawah terik matahari.
Anonymous said…
artikel2na bgs tp saya blm paham jg pemakaian flash yg manual.hehe
maklum newbie bgt..klo bs minta penjelasannya pemakaian flash,settingnya di kamera gmn??
saya sdh coba spt artikel diatas tp hasilna koq gx bgs,msh under..
tolong penjelasannya ya mas,saya pakai YN-460..newbie bgt niy.hee
Teddy Widhi said…
Pada flash manual, anda dapat menggunakan 2 cara, atau bahkan 3 cara.
1. merubah power flash yang disesuaikan dengan aperture kamera dan ISO
2. adjust aperture kamera saja, tanpa merubah-rubah power flash
3. merubah aperture, jarak, dan ISO pada setingan flash sesuai dengan kondisi yang akan dipotret.
Kondisi diatas ingat asal Flash sync terpenuhi, jangan menggunakan speed diatas 1/200 kecuali kamera anda mendukungnya.
lebih lanjut dapat dibaca artikel saya bagian
http://teddy-widhi.blogspot.com/2009/01/konsep-dasar-tentang-flash-gn-guide.html
dan
http://teddy-widhi.blogspot.com/2009/01/metering-saat-menggunakan-flash.html
Unknown said…
waaah terimaksih banyak mas...
sy banyak dapet pencerahan dan ilmu dr baca tulisan di blog sampeyan...
maturnuwun sanget
Teddy Widhi said…
@micek : sama-sama mas, semoga bermanfaat.
Unknown said…
nice info mas..keren banget nih..saya jadi memahami bener ttg flash..thanks
Teddy Widhi said…
@Defri: Terimakasih atas atensinya. semoga bermanfaat.
Anonymous said…
Wah artikelnya sangat berguna sekali mas apalagi buat yg barubelajar seprti saya sayang baru nemuin blognya,,.. oh ya mas saya ada pertanyaan semoga masnya sudi menjawab, seperti yg diketahui sync kamera dengan flash kan hanya 1/200-1/250 trus bagaimana jika kita ingin melakukan fill in di siang hari jika pada saat itu kamera bisa mendapatkan speed 1/1000 keatas apakah masih dimungkinkan kita menggunakan speed tersebut, terima kasih mas..
Teddy Widhi said…
@anonymous : satu2nya jalan bila ingin menggunakan fill-in flash, maka gunakan wireless trigger yang support HFP, seperti Radiopopper atau poketwizard (CMIIW). bila dirasa kemahalan menggunakan itu, maka bisa menggunakan fasilitas CLS yang ada pada kamera Nikon, yaitu menggunakan seting HFP pada kamera (dapat dirujuk ke buku manual)

Popular posts from this blog

Jenis Cat Tembok dan Ragam Jenis Brand

Apa itu Aperture atau Diafragma? (Part 1)

Karakteristik Cahaya menggunakan Flash Snoot